SHINEE

SHINEE

Rabu, 25 Januari 2012

Rumah Tradisional Korea

Rumah tradisional Korea dikenal dengan nama hanok. Mari kita kenali rumah tradisional yang memiliki sifat menyatu dengan alam sekitarnya tersebut.
Rumah tradisional Korea Hanok giwajip
Hanok tipe giwajip, rumah tradisional Korea yang atapnya terbuat dari genting. Rumah tipe ini biasanya dihuni oleh kalangan atas. (Foto: bzo/Wikipedia)
Pada dasarnya, eksterior dan interior rumah tradisional Korea ditata sedemikian rupa dengan prinsip yang disebut Baesanimsu, yang secara harafiah berarti rumah ideal adalah rumah dengan gunung di bagian belakang dan sungai di depan, serta memiliki ondol atau gudeul, sebuah sistem penghangat ruangan bawah lantai.
Meskipun demikian, ada perbedaan desain hanok berdasarkan daerah. Di daerah utara yang lebih dingin, rumah dibangun berbentuk segi empat tertutup agar lebih baik dalam menyimpan panas. Sementara di daerah tengah, rumah berbentuk “L” sedangkan di selatan, rumah berbentuk “I”.
Selain daerah, bentuk-bentuk hanok juga berbeda berdasarkan status sosial pemiliknya. Untuk kalangan atas–dikenal dengan kelas yangban–rumah memiliki atap dari genting yang disebut giwa. Rumah tersebut disebut giwajip. Rumah-rumah umum memiliki atap dari jerami. Sebutan untuk rumah ini adalah chogajip.
Rumah Tradisional Korea Hanok Chogajip
Chogajip, tipe lain hanok, adalah tipe rumah tradisional yang umum digunakan di Korea. (Foto: Diruwiki/Wikipedia)
Saat pertama kali membangun hanok, pilar-pilar kayu dan bingkai-bingkai didirikan. Kemudian, bingkai rumah diisi dengan bata yang terbuat dari tanah dan rumput. Lantai terbuat dari batu dan tanah.
Hanji, kertas tradisional, digunakan untuk mengisi jendela dan pintu. Hanji juga digunakan untuk dinding. Hanji yang dilapisi minyak digunakan untuk lantai.
Lantai hanok tidak menempel pada tanah. Ada ruang untuk ondol yang menggunakan pemanas di bawah ruangan. Ruangan dibuat tidak terlalu besar agar panas yang dihasilkan sistem ondol bisa efektif. Karena lantai sudah dihangatkan, orang Korea tidak menggunakan kursi atau ranjang. Mereka duduk atau berbaring langsung di lantai.
Interior hanok
Salah satu sudut dalam hanok. Biasanya hanok dilengkapi dengan ondol, sistem penghangat di bawah lantai.
Hanok masih digunakan hingga kini. Di berbagai area di Korea, hanok tetap dipertahankan dan masih ditinggali. Hanok Living Experience Center dibangun di beberapa area agar masyarakat modern tetap bisa merasakan tinggal di rumah tradisional. Beberapa daerah yang disebutkan Korea Tourism Organization adalah Jeonju Hanok Village, tempat orang bisa menikmati budaya tradisional sekaligus mencicipi hanok. Selain itu ada Andong, Jirye Art Village, Suaedang, Imcheonggak, dan Rakkojae di Seoul.

Sekedar informasi tambahan, Korea Tourism Organization menyebutkan bahwa ada penelitian ilmiah yang menemukan bahwa hanok baik untuk penyakit kulit dan beberapa keuntungan medis lain.

Selasa, 10 Januari 2012

Efek Pengobatan Kanker


Efek samping pengobatan merupakan efek tak berguna bagi tubuh, bahkan cenderung merugikan yang muncul selama atau setelah pengobatan dilakukan. Namun tak semua orang dapat mengalami efek samping pengobatan, tergantung metode pengobatan atau kondisi kesehatan.

Hubungi dokter atau perawat bila timbul efek samping, untuk mengetahui apakah pengobatan yang dijalankan dapat diteruskan atau tidak dan mengetahui apakah pengobatan itu membahayakan jiwa anda atau tidak.

Adapun efek samping yang sering timbul oleh karena pengobatan kanker berupa:
-          perubahan selera makan
-          penurunan berat badan
-          mual & muntah
-          nyeri
-          masalah kognisi
-          masalah pencernaan : konstipasi atau diare
-          sariawan dan mulut kering
-          susah menelan
-          kelelahan (fatigue)

Terdapat juga efek samping yang munculnya tidak segera setelah pengobatan dijalani, dapat muncul setelah 5 tahun atau lebih setelah pengobatan. Misalnya :
-         masalah jantung
umumnya disebabkan oleh radioterapi area dada atau kemoterapi (terutama doxorubicin, cyclophospamide). Orang yang berusai 65 tahun lebih dengan pengobatan kemoterapi berdosis tinggi memiliki rresiko lebih tinggi.
Masalah jantung berupa : peradangan pada otot jantung, gagal jantung dan penyakit jantung lainnya. Masalah jantung ini dapat muncul dengan gejala atau tanpa gejala. Gejala yang timbul dapat berupa : nyeri dada (terutama kiri), detak jantung terasa kuat dan kencang, sesak.
-         masalah paru
umumnya disebabkan oleh radioterapi atau kemoterapi (bleomycin, carmustine, prednisone, dexamethasone, methotrexate) area dada yang dapat merusak jaringan paru.
Faktor resiko lebih tinggi terdapat pada orang yang menerima kedua terapi kombinasi.
Masalah paru yang timbul berupa : perubahan fungsi paru, penebalan jaringan paru, peradanagan paru.
Gejala yang menandai : sulit bernafas.
-         masalah endokrin
Penyebab : kemoterapi, radioterapi
Masalah endorin yang muncul berupa kerusakan kelenjar penghasil hormone yang mengakibatkan rendahnya kadar hormon.
Gejala : kerahan pada wajah (flushing), disfungsi seksual, infertilitas, osteoporosis (tulang keropos) dan menopause dini.
-         masalah tulang, persendian dan jaringan lunak
Penyebab : kemoterapi, steroid, terapi hormone dan aktivitas tubuh yang sedikit.
Paling banyak berupa osteoporosis.
-         masalah otak, sumsum tulang dan persarafan
Penyebab : kemoterapi dosis tinggi.
Berupa kehilangan pendengaran (karena Cisplatin), stroke (radioterapi area kepala).
-         kesulitan belajar, mengingat dan memperhatikan
Dapat menyerang dewasa maupun anak. Penyebabnya : kemoterapi dosis tinggi dan radiotereapi area kepala.
Masalahnya berupa : kesulitan belajar, sulit mengingat.
-         masalah penglihatan dan gigi - geligi
Penyebab : kemoterapi dosis tinggi, radioterapi area kepala leher, steroid
Masalahnya berupa : kerusakan enamel yang menyebabkan kerusakan gigi, perubahan pertumbuhan gigi dan penyakit gusi, menurunkan produksi air liur yang menyebankan mulut kering, katarak (mata berkabut)
-         masalah pencernaan
Penyebab : kemoterapi (methotrexate, thioguanine), operasi, radioterapi.
Masalahnya berupa : kerusakan hati, nyeri kronis, masalah usus (diare)
-         masalah psikologis
Penyebab : ketidakmampuan berkepanjangan dalam menjalankan aktivitas semasa sehat dahulu.
Berupa : rasa cemas, depresi, ketakutan, amarah dan merasa terisolasi.

Operasi

Berupa :
1.selama operasi
Efek samping saat operasi dapat muncul karena operasi tersebut, anestesi atau riwayat penyakit dahulu. Umumnya efek samping pada operasi minor lebih sedikit dibanding operasi mayor. Efek sampingnya berupa :
-    Perdarahan
Hal ini sedikit mungkin diminimalisir dengan memeriksa jumlah darah secara berkala dan berhati - hati saat bekerja di area yang banyak pembuluh darah.
-    Kerusakan organ internal dan pembuluh darah
-    Reaksi terhadap obat - obatan anestesi atau obat lainnya
Hal ini jarang terjadi dan dapat dideteksi segera dengan pemantauan tanda vital (adanya penurunan tekanan darah)
-    Masalah pada organ lain (paru, jantung atau ginjal)
Hal ini juga jarang terjadi pada orang yang memiliki organ tersebut normal, namun dapat terjadi dan membahayakan jiwa. Oleh karena itu, diperlukan informasi lengkap mengenai penyakir dasar pasien.
2.setelah operasi
-    Nyeri (tersering)
Nyeri terjadi hampir pada setiap orang, namun derajatnya berbeda tiap orang.
Hal ini dapat ditangani dengan pemberian obat pereda nyeri seperti aspirin atau acetaminophen, atau yang lebih tinggi lagi seperti codein atau morfin.
-    Infeksi
Dengan berkembangnya teknik operasi dan pemahaman mencegah infeksi membuat operasi modern kini lebih aman dan sedikit invasif. Namun tetap saja terdapat resiko walaupun derajatnya kecil.
Hal ini dapat ditangani dengan pemberian antibiotik profilaksis (antibiotik yang diberikan sebelum operasi dilakukan) untuk mencegah terjadinya infeksi atau antibiotik terapi (antibiotik yang diberi saat ditemukannya infeksi post operasi).
-    Pneumonia
Pneumonia dapat muncul bila fungsi paru menurun (terutama pada perokok) atau karena berbaring lama tanpa melakukan perubahan posisi / aktivitas fisik.
Hal ini dapat ditangani dengan pemberian antibiotik yang sesuai dan rehabilitasi medik (merubah posisi baring tiap 2 jam dan latihan menarik nafas secara dalam).
-    Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi di dalam tubuh (internal bleeding) atau luar tubuh (external bleeding). Hal ini dapat terjadi bila pembuluh darah tidak tertutup sempurna saat operasi atau pada luka terbuka. Perdarahan yang tak dapat dihentikan dapat menyebabkan seseorang memerlukan tindakan operasi lanjutan untuk menemukan asal perdarahan dan menghentikan perdarahan tersebut.
-    Bekuan darah
Bekuan darah ini dapat terbentuk di dalam pembuluh darah tungkai setelah operasi, terutama bila berbaring lama di tempat tidur. Bekuan ini dapat berbahaya bila mengalir ke area lain seperti paru yang menyebabkan paru kolaps. Oleh karena itulah, diperlukan untuk segera mungkin mobilisasi / merubah posisi (memutar posisi baring tiap 2 jam, bila kondisi sudah stabil dan kuat dapat duduk - berdiri - berjalan)
-    Lambatnya pemulihan organ tubuh lain
Misalnya, adanya penurunan gerak peristaltik usus (gerakan usus) yang dapat menyebabkan ileus paralitik (usus tidak bergerak sebagaimana mestinya). Hal ini dapat dicegah dengan mobilisasi secepatnya.
 
Radioterapi

Efek samping radioterapi tergantung pada dosis, tipe radioterapi dan bagian tubuh yang diobati. Umumnya keluhan ini dapat hilang setelah pengobatan dihentikan.
Berupa :
#   Jangka pendek
-    Kelelahan, terutama pada masa pengobatan.
-    Bengkak
-    Kehilangan rambut pada area radiasi
-    Iritasi pada kulit berupa kemerahan, kering atau perih (radiasi pada area kulit)
-    Batuk atau sesak (radiasi pada area dada)
-    Sariawan (radiasi pada area kepala)
-    Masalah pencernaan berupa mual, muntah, diare (radiasi area perut)
-    Perdarahan, infeksi atau iritasi pada tempat implan diangkat.
#   Jangka panjang
-    faktor resiko terjadinya kanker di tempat lain (radiasi menyebabkan mutasi sel)
-    infertilitas / tidak subur (kesulitan memiliki anak)
-    masalah jantung (radiasi area dada)
-    masalah pencernaan (radiasi area perut)
-    fibrosis paru (penebalan jaringan paru)
-    masalah saraf
-    masalah tiroid (masalah metabolisme tubuh)
-    osteoporosis (tulang keropos)

Kemoterapi

Efek samping yang ditimbulkan kebanyakan ditimbulkan oleh karena kemoterapi selain merusak sel kanker, juga merusak sel tubuh normal yang sedang mengalami proses pembelahan, sehingga keluhan yang ada sesuai dengan fungsi sel tubuh yang rusak. Biasanya, efek samping ini dapat hilang setelah pengobatan berhenti.

Timbulnya keluhan - keluhan ini tidak memastikan bahwa kemoterapi bekerja atau tidak.

Berupa :
-    umumnya berupa mual, muntah
-    kehilangan nafsu makan bahkan sampai turunnya sensitifitas merasakan atau membaui makanan
-    cepat lelah
-    kerontokan rambut
-    sariawan atau ulkus (luka) pada mulut
-    kulit kering
-    kesemutan atau perasaan tebal pada tangan dan kaki
-    kekurangan sel darah merah (anemia) yang ditandai dengan lemah - letih - lesu - pucat karena pengobatan ini juga menyerang sumsum tulang (yang berfungsi membentuk sel darah merah, putih dan trombosit)
-    kekurangan sel darah putih (lekositopeni) yang ditandai dengan mudah terkena infeksi.
-    kekurangan sel pembeku darah (trombositopeni) sehingga mudah terjadi perdarahan dan memar
-    kecacatan pada janin (birth defect)
-    ketidaksuburan (infertil) dan kehilangan gairah seksual.
     
Ketidak suburan ini dapat berlangsung selamanya, tidak dapat kembali setelah pengobatan dihentikan dan beritahulah dokter anda bila anda masih menginginkan keturunan.

Imunoterapi

Imnunoterapi menimbulkan efek samping karena merupakan pengobatan sistemik.
Berupa:
-   ringan : sindrom seperti flu, misalnya demam bersuhu rendah (sumer) sampai menggigil, nyeri kepala, nyeri otot, kelelahan, rasa lemah dan mual.
-   berat : perubahan tekanan darah, masalah pernafasan (sesak).
 
Terapi hormon

Efek samping yang timbul berdasarkan tipe terapi, berupa : kenaikan berat badan, muka kemerahan, mual, perubahan tingkat kesuburan, pada wanita berupa periode menstruasi dapat berhenti atau tidak teratur dan juga menyebabkan vagina menjadi kering, pada pria menyebabkan impotensi, kehilangan gairah seksual, pembesaran payudara atau rasa nyeri di payudara.

Terapi Hipertermia

Terapi hipertermia umumnya tidak menyebabkan kerusakan jaringan normal / sehat jika suhunya tidak melebihi 43,8oC. Namun adanya perbedaan karakter jaringan dapat menimbulkan perbedaan suhu sehingga efek samping yang timbul pada jaringan tubuh pun berbeda-beda. Efek samping yanag timbul bersifat sementara dan bergantung teknik yang digunakan dan bagian tubuh yang diterapi.
Efek samping yang sering terjadi adalah :
-   rasa tidak nyaman, rasa panas (seperti terbakar) dan nyeri pada lokasi pemanasan
-   bengkak berisi cairan (bula)
-   kerusakan kulit, otot, dan saraf yang berlokasi dekat area pemanasan
-   mual, muntah, diare
-   pembengkakan jaringan, penggumpalan darah, perdarahan, atau infeksi di area yang diterapi, biasanya karena terapi perfusi
-   kelainan jantung dan pembuluh darah oleh karena hipertermia total.

Terapi Target

Efek samping yang timbul hampir sama dengan kemoterapi, hanya lebih minimal, berupa : mual, muntah, kram otot, rash (bercak kemerahan pada kulit / biduran), diare.